Saturday, 30 May 2009

CALON KETUA HMJ TMTK 2009-2010

CALON KETUA HMJ TMTK 2009-2010 VISI dan MISI

VISI:

MEWUJUDKAN

MATEMATIKA BUNGAS

(Beberkat, Utama, diiNGAt Semua orang)

MISI:

  1. BERTANGGUNG JAWAB, PROFESIONAL, DAN BERAKHLAK MULIA.
  2. MENCIPTAKAN KEGIATAN YANG KREATIF DAN MENYENANGKAN
  3. MENGADAKAN PELAYANAN, INFORMASI, DAN APRESIASI.
  4. MENANAMKAN JIWA PEDULI TERHADAP MASYARAKAT.

Mohon Doa,  Dukungan, dan KerjasamaRoniansyah
APA YANG HARUS DILAKUKAN HMJ TMTK

UNTUK TADRIS MATEMATIKA????[*]



[*] Tulis jawaban teman-teman berupa saran, dukungan, dll. Dan serahkan kepada ketua kelas masing-masing!

Kami tunggu sebelm PEMUNGUTAN suara.

Tuesday, 12 May 2009

curhat

CURHAT
SULITNYA MENUMBUHKAN JIWA SOSIAL
KARENA MINDER, GENGSI, DAN PERHITUNGAN.

Permasalahan ini menjadi masalah besar bagi aku sendiri, dimana kadang-kadang kita malas membantu seseoran, mengacuhkannya. Belum lagi dengan teman-teman misalnya dalam organisasi ataupun lainnya. Kita sering merasa bekerja sendirian dan yang lainnya cuek abis. Sehingga sering mengeluarkan sindiran berupa perbuatan, aku tidak berani dengan kata-kat atau dari hati-ke hati, aku coba bersabar walaupun perhitungan itu sering muncul.
Semenjak sekolah di Darul Hijrah, aku merasa kurang akrab dengan teman-teman di kampung, mungkin disebabkan berbagai faktor misalnya jarang bergaul karena jarak yang jauh, pendidikan juga misalnya.
Aku merasa minder berteman dengan mereka disamping mereka jalan-jalannya mereka dengan kendaraan, sementara kita masih naik sepeda. Bukannya mereka tidak mau menemani kita tapi kita yang merasa minder.
Sementara gengsi masih menempel dalam jiwa, sudah berusaha untuk menghalaunya namunku takbisa. He9
Sistem di pondok agak sedikit keras, dimana disiplin yang ketat dan yang menlankannya adalah santri itu sendiri, bisa disebut santri mengurus santri. Dari sinilah rasanya susah akrab dengan adik kelas ataupun senior kita, dimana mereka pernah menguru kita dan sebaliknya. Ini bukan kesalah system atau yang lainnya, ini kesalahanku yang tak bisa membawa diri mengikuti arus. Padahal kita dididik untuk berjiwa social yang tinggi.
Disamping ketidak nyaman tersebut terselubung keakraban yang amat sangat dalam pada marhalah atau angkata kelas kita.
Maaf kalau isinya agak/kurang nyambung, tapi ini masala yang dikeluarakan ddengan emosi diri aku.
Ini adalah curhatku kepada teman-teman,
Could you help me??????????

MENAKAR CALEG!

WAKIL RAKYAT ATAU WAKIL KELUARGA?

Hari berganti hari hingga bangsa kita kembali dihadapkan pada pesta demokrasi yang dilaksanakan setiap lima tahun sekali. Dalam dua dekade terakhir ini kita memilih langsung pemimpin (preseden) dan wakil rakyat (MPR dan DPR) bangsa kita yang diharapkan dapat memperjuangkan nasib rakyat Indonesia menjadi lebih baik.

Pada tanggal 09 April 2009 lalu kita telah melaksanakan pemilu legeslatif, sebelumnya kita sudah melihat kampanye partai-partai politik di berbagai daerah di Indonesia, tak kalah dengan konser musik yang banyak terjadi kericuhan.

Sebelumnya juga terpapang bebas atribut-atribut partai, foto-foto caleg yang menghiasi pinggiran kota dan perkampungan. Pemerintah sekarang adu mulut dan saling berdorongan dengan warga yang tinggal dipinggiran kota karena dianggap merusak tatanan kota, tapi foto-foto caleg dan atribut-atribut partai yang merusak tatanan kota dibiarkan saja terpajang bebas lepas.

Foto-foto tersebut terpapang gagah, berwibawa, penuh janji, kata-kata indah, dan kepasrahan kepada masyarakat sebagai salahsatu bentuk promosi diri yang ampuh. Tak sedikit caleg sekarang itu berasal dari keluarga kaya bahkan ada anak dari pimpinan partai baik pusat, wilayah maupun daerah.

Orang-orang tersebut tidak tahu menahu tentang masyarakat setempat, tapi sekarang mudah mengubar-ubar foto-fot untuk di conterng pada pemilu legeslatif, misalnya caleg wanita apakh pernah ikut arisan ibu-ibu di kompleks setempat atau di kampong halamanya, caleg dari pria apakah pernah atau sering memakmurkan masjid, menyumbang pembangunanya, gotong royong dengan masyarakat sebelum mendaftarkan diri menjadi caleg?

Pantaskah kita memilihnya?

Caleg kita sekarang wakil rakyat atau wakil keluarga?

KORBAN SITU GINTUNG

BUTUH SANTUNAN BUKAN KOMENTAR

Beberapa hari yang lalu kembali bencana mengiasi negeri iu pertiwi, seolah-lah kita tidak diberi kesempatan menghirup udara segar dengan tenang, tapi malah air mata yang tak hentinya mengaliri negeri kita yang terus diguncang bencana.

Situ gintung suatu kawasan di daerah banten, dimana daerah tersebut diguncang bencana alam, yaitu bobolnya tanggul sungai situ gintung yang diakibatkan hujan deras dari pagi hingga malam dan tanggul sudan berusia lanjut.

Setiap berita di televisi baik pagi maupun siang atau malam, tak hentinya mengabarkan kondisi di daerah tersebut, ratusan korban meninggal, luka-luka, bahkan masih ada yang belum ditemukan.

Pada fenomena tersebut seharyusnya kitamenyantuni mereka dengan doa dan bantuan makanan, obat-obatan, dll. Ironisnya banyak pakar-pakar, orang-orang berkomentar tentang kejadian tersebut. Berbgai komentar dilontarkan, baik itu berkaitan dengan tanggul ataupun mencari-cari pihak yang bertanggung jawab atas kejadian tersebut.

Berbagai pihak telah ditunjuk sebagai pihak yang harus bertanggung jawab, tapi tidak ada satupun yang berani mengakuinya, dengan ancaman penjara lima tahun ditambah lagi denda yang tak kecil jumlahnya, siapa yang tidak takut?

Bukan saatnya kita mencari-cari pihak yang bertanggung jawab, tapi kita harus menyadarinya bahwa kejadian tersebut adalah suatu bencana dan merupakan teguran bagi kita semuauntuk mengevaluasi negeri ibu pertiwi, dan itu merupakan tanggung jawab kita bersama.

Mereka merengek-rengek membutuhkan bantuan terutama tempat tinggal, bukan kmentar-komentar yang indah yang keluar dari mulut kita, dan bukan pula mencari pihak yang harus bertanggung jawab dan mengadilinya di meja hijau.