Hampir dua bulan saya bekerja di salah satu SD di Banjarmasin sebagai guru honorer. Dalam rentang waktu tersebut saya merasa masih kurang akrab, malu-malu, dan kurang frendly dengan guru-guru dan pegawai di sana, istilah sekarang, belum ada “chemestry”.
Menulis memang mengasikkan, ya walau sekedar status di facebook atau twitter semata. Jika tulisan kita “menarik” baik dari berbagai sisi, maka banyak yang menyukai dan mengomentarinya, walau kita beranggapan tulisan tersebut sekedar iseng-iseng belaka, inspirasi tiba-tiba, atau secara tidak disengaja.
Banyak orang menulis khususnya cerita kesehariannya di buku catatan pribadi (diary), yang ternyata hal sederhana tersebut bisa menjadi buku, buku tersebut bisa dibuat sebuah film, sebut saja seperti “laskar pelangi” dan “negeri 5 menara”. Lain halnya dengan Pa Dahlan Iskan, waktu beliau menjabat sebagai Dirut PLN beliau memimpin dengan sebuah tulisan yang dituangkan dalam sebuah note, dan catatan beliaupun menjadi sebuah buku.
Beberapa semester kuliah (Jurusan PMTK IAIN Antasari), saya mulai akrab dengan harian B.Post. Selain penyajian berita yang menarik, saya tertarik dengan bagian “mimbar opini” yang ternyata ada bebarapa kali tulisan tersebut berasal dari dosen mata kuliah di jurusan saya. Saya tertarik dan ingin mengikuti jejek beliau.
Waktu terus berjalan hingga akhir di masa perkuliahan, impian saya tersebut belum bisa diwujudkan. Setelah beberapa hari usai sidang skripsi saya mencoba menulis di B.Post bagian “komentar masyarakat” di halama mimbar opini. Pada waktu itu tema yang diberikan seputar “try out sebanyak tiga kali, melelahkan?”. Awalnya saya cukup pesimis dengan tulisan saya sendiri, apakah bisa masuk ke B.Post? karena disamping merasa kurang bagus, saya mengirimnya ke redaksi minggu sore.
Tanpa disangka, besok harinya (hari senin) waktu siap-siap pergi ke tempat kerja, tiba-tiba ada beberapa sms dari teman saya yang mengatakan tulisaan saya masuk B.Post, dengan perasaan yang kurang percaya saya mengucapkan syukur Alhamdulillah tulisan saya yang sederhana bisa diterima.
Dengan kejadian ini saya makin termotivasi untuk menulis walau sebatas komentar. Edisi berikutnya saya kemabali menulis dan mengirimkinnya, alhambdulliah tidak masuk, heee. Namun hal tersebut tidak menyurutkan niat saya untuk belajar “menulis”, minggu berikutnya saya coba, Alhamdulillah kembali bisa masuk setiap minggunya secara berturut-turut walaupun belum bisa menjadi yang terbaik.
Edisi terakhir saya mengubah identitas saya sebagai “guru honorer” tempat saya bekerja, karena identitas sebagai mahasiswa PMTK IAIN Antasari sudah diwisuda beberapa hari yang lalu. Hampir satu minggu saya menunggu apakah artikel/komentar saya masuk atau tidak. Di hari jum’at (28 April 2011), kembali saya membuka harian tersebut dan ternyata Alhamdulillah ada. Waktu di sekolahan, tepatnya di hari Sabtu, saya duduk santai di samping kelas, tiba-tiba salah seorang murid menghampiri dan mengucapkan selamat karena saya ada di b.post kemaren di mimbar opini. Waktu istirahat saya ke kantor dewan guru, Kepala Sekolah tiba-tiba menyapa dengan senyum manisnya “kamu kemaren masuk b.post”, beliau bangga karena identitas sekolah ada di sana.
Dengan kejadian ini guru-guru menjadi welcome, ada yang meminta buatkan cover penelitian, sementara ibu Kepsek meminta pendapat tentang penelitian beliau, saya merasa tersanjung dan merasa disayang. Dari hal ini ada beberapa hal positif yang dapat saya ambil khususnya dengan “menulis” kita dapat dikenal dan disayang. ”Tak kenal maka tak sayang”, maka dari itu kenalkan lah diri anda dengan melakukan kegiatan kecil dari hobi kita, dengan begitu kita bisa dikenal dan disayang.
Menulis memang mengasikkan, ya walau sekedar status di facebook atau twitter semata. Jika tulisan kita “menarik” baik dari berbagai sisi, maka banyak yang menyukai dan mengomentarinya, walau kita beranggapan tulisan tersebut sekedar iseng-iseng belaka, inspirasi tiba-tiba, atau secara tidak disengaja.
Banyak orang menulis khususnya cerita kesehariannya di buku catatan pribadi (diary), yang ternyata hal sederhana tersebut bisa menjadi buku, buku tersebut bisa dibuat sebuah film, sebut saja seperti “laskar pelangi” dan “negeri 5 menara”. Lain halnya dengan Pa Dahlan Iskan, waktu beliau menjabat sebagai Dirut PLN beliau memimpin dengan sebuah tulisan yang dituangkan dalam sebuah note, dan catatan beliaupun menjadi sebuah buku.
Beberapa semester kuliah (Jurusan PMTK IAIN Antasari), saya mulai akrab dengan harian B.Post. Selain penyajian berita yang menarik, saya tertarik dengan bagian “mimbar opini” yang ternyata ada bebarapa kali tulisan tersebut berasal dari dosen mata kuliah di jurusan saya. Saya tertarik dan ingin mengikuti jejek beliau.
Waktu terus berjalan hingga akhir di masa perkuliahan, impian saya tersebut belum bisa diwujudkan. Setelah beberapa hari usai sidang skripsi saya mencoba menulis di B.Post bagian “komentar masyarakat” di halama mimbar opini. Pada waktu itu tema yang diberikan seputar “try out sebanyak tiga kali, melelahkan?”. Awalnya saya cukup pesimis dengan tulisan saya sendiri, apakah bisa masuk ke B.Post? karena disamping merasa kurang bagus, saya mengirimnya ke redaksi minggu sore.
Tanpa disangka, besok harinya (hari senin) waktu siap-siap pergi ke tempat kerja, tiba-tiba ada beberapa sms dari teman saya yang mengatakan tulisaan saya masuk B.Post, dengan perasaan yang kurang percaya saya mengucapkan syukur Alhamdulillah tulisan saya yang sederhana bisa diterima.
Dengan kejadian ini saya makin termotivasi untuk menulis walau sebatas komentar. Edisi berikutnya saya kemabali menulis dan mengirimkinnya, alhambdulliah tidak masuk, heee. Namun hal tersebut tidak menyurutkan niat saya untuk belajar “menulis”, minggu berikutnya saya coba, Alhamdulillah kembali bisa masuk setiap minggunya secara berturut-turut walaupun belum bisa menjadi yang terbaik.
Edisi terakhir saya mengubah identitas saya sebagai “guru honorer” tempat saya bekerja, karena identitas sebagai mahasiswa PMTK IAIN Antasari sudah diwisuda beberapa hari yang lalu. Hampir satu minggu saya menunggu apakah artikel/komentar saya masuk atau tidak. Di hari jum’at (28 April 2011), kembali saya membuka harian tersebut dan ternyata Alhamdulillah ada. Waktu di sekolahan, tepatnya di hari Sabtu, saya duduk santai di samping kelas, tiba-tiba salah seorang murid menghampiri dan mengucapkan selamat karena saya ada di b.post kemaren di mimbar opini. Waktu istirahat saya ke kantor dewan guru, Kepala Sekolah tiba-tiba menyapa dengan senyum manisnya “kamu kemaren masuk b.post”, beliau bangga karena identitas sekolah ada di sana.
Dengan kejadian ini guru-guru menjadi welcome, ada yang meminta buatkan cover penelitian, sementara ibu Kepsek meminta pendapat tentang penelitian beliau, saya merasa tersanjung dan merasa disayang. Dari hal ini ada beberapa hal positif yang dapat saya ambil khususnya dengan “menulis” kita dapat dikenal dan disayang. ”Tak kenal maka tak sayang”, maka dari itu kenalkan lah diri anda dengan melakukan kegiatan kecil dari hobi kita, dengan begitu kita bisa dikenal dan disayang.