Kita sering mendengar istilah “Tamu adalah Raja”, artinya kita harus memulikan tamu. Dengan begitu kita akan mendapat kesan yang baik dari tamu kita. Dalam hal ini, bukannya kita sebagai tamu lantas berbuat seenak hati bak “Raja” yang dilayani. Tidak tahu malu itu namanya. Hiiii!
Buat “Raja” yang tidak tahu malu, kita juga pernah bahkan mendengar istilah “Raja adalah Pelayan Rakyat”, artinya Raja yang baik ia akan bekerja melayani rakyat, mendengarkan dan menampung aspirasi rakyat, serta mengutakaman mereka dengan diatas kepentingan pribadinya sendiri.
Dari kedua istilah tersebut terlihat bahwa, adanya keseimbangan antar kita yaitu sebagai “pelayan”. Sekarang kita lihat lagi fenomena kehidupan yang kita jalani, misalnya kita sebagai pegawai dianggap sebagai Raja jika berhadapan dengan masyarakat biasa dalam memberikan jasa bagi mereka, namun mereka juga seorang pelayan bagi Raja yang lain yaitu pejabat dan juga pelayang bagi masyarakat.
Kita memerlukan jasa untuk membantu pekerjaan kita, mereka juga memerlukan jasa kita dalam berurusan dengan administrasi Negara. Begitu juga Pejabat Negara sebagai “Raja” yang lebih tinggi, namun juga tetap sebagai seorang pelayan bagi pegawai dan rakyat yang dipimpinnya.
Lantas siapa kita? Kita manusia, manusia adalah pelayan baik menjadi seorang Raja atau hanya rakyat biasa. Yang membedakan hanyalah ego kita yang mementingkan diri kita sendiri atau golongan. Singkatnya kita mau jadi Manusia sebagai Raja/Masyarkat yang mulia yang dihormati sesama, atau Raja/Masyarakat yang tidak tahu malu, maunya dilayani dan tidak mau melayani, yang dihormati namun dibenci? Kitalah yang menjawabnya.
Wallahu’alam.
Sumber Foto: wapday.com
Buat “Raja” yang tidak tahu malu, kita juga pernah bahkan mendengar istilah “Raja adalah Pelayan Rakyat”, artinya Raja yang baik ia akan bekerja melayani rakyat, mendengarkan dan menampung aspirasi rakyat, serta mengutakaman mereka dengan diatas kepentingan pribadinya sendiri.
Dari kedua istilah tersebut terlihat bahwa, adanya keseimbangan antar kita yaitu sebagai “pelayan”. Sekarang kita lihat lagi fenomena kehidupan yang kita jalani, misalnya kita sebagai pegawai dianggap sebagai Raja jika berhadapan dengan masyarakat biasa dalam memberikan jasa bagi mereka, namun mereka juga seorang pelayan bagi Raja yang lain yaitu pejabat dan juga pelayang bagi masyarakat.
Kita memerlukan jasa untuk membantu pekerjaan kita, mereka juga memerlukan jasa kita dalam berurusan dengan administrasi Negara. Begitu juga Pejabat Negara sebagai “Raja” yang lebih tinggi, namun juga tetap sebagai seorang pelayan bagi pegawai dan rakyat yang dipimpinnya.
Lantas siapa kita? Kita manusia, manusia adalah pelayan baik menjadi seorang Raja atau hanya rakyat biasa. Yang membedakan hanyalah ego kita yang mementingkan diri kita sendiri atau golongan. Singkatnya kita mau jadi Manusia sebagai Raja/Masyarkat yang mulia yang dihormati sesama, atau Raja/Masyarakat yang tidak tahu malu, maunya dilayani dan tidak mau melayani, yang dihormati namun dibenci? Kitalah yang menjawabnya.
Wallahu’alam.
No comments:
Post a Comment