Berbagai kejadian kembali bergeliat di Indonesia, terlebih mengatasnamakan Agama, yaitu Islam dalam membela diri. Menurut pengamatan penulis, isu yang terbaru mulai dari PEMILUKADA DKI Jakarta. Putaran pertamapun berakhir yang menyisakan 2 pasangan kandidat yang meneruskan pertarungannya di putaran ke-2 karena mendapatkan suara yang melebihi dari ketentuan.
Kampanyepun mulai gempur dilakukan kedua pasangan, yaitu Foke dan Jokowi. Disela-sela kampanye, terdengar suara yang menyerukan kepada warga Jakarta untuk memilih pasangan yang seiman, dimana salah satu pasangan memiliki wakil yang nonmuslim. Tak lama setelah itu, ketua DPR RI Marzuki Ale juga menyerukan suara yang sama, untuk memilih pemimpin yang seiman atau sesame muslim. Pertanyaan dibenak saya, kenapa suara itu muncul saat putaran kedua yang menyisakan 2 kandidat? Dimana suara mereka saat putara petama dan pemilu-pemilu sebelumnya? bukannya saya tidak setuju dengan pendapat mereka, cuma tidak sesuai dengan “waktu dan tempat”.
Permasalahan dari kalangan birokratpun kembali bergeliat, pelakunya adalah Bupati Garut yang dikenal dengan Aceng Fikri. Ia melakukan pernikahan siri yang singkat, gelombang demonstrasipun disuarakan masyarakan yang mengecam perbuatannya serta menuntutnya untuk mundur dari jabatannya. Dalam kejadian itu, terdengar ia menyebutkana bahwa “sahabat Nabi” juga ada seperti itu, artinya melakukan pernikahan singkat. Kembali pertanyaan besar sembari diiringi rasa kesal, kenapa waktu kepepet membawa nama Islam sebagai pembelaan? Kemudian jika ingin mengikuti/mengatas namakan Sahabat Nabi, apakah ibadah kita sudah sama atau mendekati dengan Sahabat Nabi tersebut?
Dari artikel saya yang sederhana ini, menyuarakan kepada kita semua untuk menjadikan Islam sebagai pegangan kita menjalani kehidupan, bukan sebagai pembelaan atau sandaran semata. Wallahu’alam.
sumber: foto: thereadinggroupmalaysia.blogspot.com
No comments:
Post a Comment